“WhatsApp adalah aplikasi instant messaging untuk smartphone yang sangat populer di dunia. Aplikasi cross platform ini menggunakan jaringan internet untuk berkirim pesan, gambar, audio & video, bahkan melakukan panggilan telepon. Pada bulan April 2015, WhatsApp menjadi aplikasi instant messaging dengan pengguna paling banyak hingga mencapai 800 juta user di dunia. Perusahaan WhatsApp (WhatsApp Inc.) berada di daerah Mountain View, California. Dan pada tanggal 19 Februari 2014 dibeli oleh Facebook dengan harga 22 Milyar US Dollar”. — begitu kira-kira kutipan dari Wikipedia. Woooww… keren bgt ya hahaha, ngga ada yang lebih baik dari perasaan ketika software yang kita buat bisa berguna untuk orang lain, apalagi sampe jutaan gitu, and akhirnya dibeli facebook.. totally awesome hehe. Tapi siapa ya Jan Koum ini ? Gimana ceritanya sampe bisa bikin WhatsApp ? Saksikan sesaat lagi hanya di Hitam Putih ! hahaha just kidding, so here’s the story !
Jan Koum lahir pada tanggal 24 Februari 1976 dan dibesarkan di desa kecil bernama Fastiv di pinggiran kota Kiev, Ukraina. Saat berusia 16 tahun, Jan beserta ibu dan neneknya pindah ke Mountain View, California. Disana mereka mendapat bantuan dari program sosial setempat. Awalnya ayahnya berniat menyusul, namun akhirnya tetap berada di Ukraina. Ibu Jan Koum sempat bekerja sebagai pengasuh bayi namun akhirnya terdiagnosa menderita kanker, sementara Jan bekerja sebagai petugas kebersihan di mini market. Ketika menginjak usia 18, Jan mulai tertarik dengan dunia programming karena sering membaca manual komputer dan akhirnya masuk ke San Jose State University. Jan juga sempat bergabung bersama grup-grup hacker pada forum IRC, dan pernah mengobrol dengan co-founder Napster : Shawn Fanning.
Pada tahun 1997, Jan bekerja di Ernts & Young sebagai security tester, dimana disini beliau bertemu dengan Brian Acton yang kemudian menjadi partner dalam mendirikan WhatsApp Inc.. 6 bulan kemudian Jan bergabung bersama Yahoo! Inc., saat itu statusnya masih seorang mahasiswa. Suatu hari co-founder Yahoo! : David Filo, meneleponnya saat sedang mengikuti kelas, dan menyuruhnya datang ke kantor karena ada masalah serius. Saat itu Jan menjawab “i hated school anyway” dan akhirnya meninggalkan kelas dan memilih drop out dari universitas.
Pada tahun 1997 ayah Jan meninggal, dan pada tahun 2000 ibunya menyusul ayahnya. Di dalam kesendirian ini, Brian Acton selalu menemani dan memberikan support untuk Jan. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dan menjadi semakin dekat. 9 tahun berikutnya mereka berdua masih bekerja di Yahoo! di bagian advertising. Meskipun mereka berdua berperan dalam sistem advertising Yahoo!, mereka mengatakan bahwa pekerjaan itu tidak menyenangkan dan sangat membuat frustasi. Bahkan pada profil Linkedln’nya, Jan menuliskan pengalaman kerjanya di Yahoo! hanya dengan tiga kata : “did some work”.
Pada bulan September 2007, Jan dan Brian meninggalkan Yahoo! dan berlibur ke daerah Amerika Selatan. Keduanya sempat melamar ke Facebook namun gagal. Pada bulan Januari 2009, Jan membeli iPhone dan menyadari bahwa App Store akan membuat perubahan besar dalam industri aplikasi smartphone. Pada suatu hari Jan berkunjung ke rumah temannya : Alex Fishman dan mendiskusikan ide Jan untuk membuat sebuah aplikasi instant messaging berbentuk address book dengan tampilan status di samping setiap nama, seperti “low battery” atau “at the gym” dll. Jan memilih nama “WhatsApp” karena menurutnya itu terdengar seperti “what’s up ?”. Akhirnya seminggu kemudian, tepat setelah ulang tahunnya, Jan mendirikan WhatsApp Inc. di California.
Jan menghabiskan banyak waktunya untuk membuat program untuk bisa membuat aplikasinya tersinkron dengan semua nomor telepon di dunia. Namun pada tahapan awal, aplikasi WhatsApp mengalami banyak error dan kebuntuan. Jan sempat hendak meyerah dan keluar dari proyek ini, tetapi Brian berkata padanya bahwa adalah kebodohan untuk menyerah sekarang, lebih baik terus berusaha untuk beberapa bulan lagi.
Bantuan datang dari Apple Inc. ketika meluncurkan sistem notifikasi push pada bulan Juni 2009. Dengan sistem push ini, para developer bisa melakukan “ping” kepada user, bahkan ketika aplikasi user tersebut sedang tidak aktif. Jan kemudian melakukan update pada aplikasi WhatsApp dengan sistem push ini. Setiap kali seseorang mengupdate statusnya, maka status itu akan diping kepada semua orang yang menginstall WhatsApp. Tidak lama setelahnya WhatsApp menjadi seperti aplikasi instant messaging, dan akhirnya Jan menyadari bahwa aplikasi yang bisa mengirim pesan kepada seseorang di belahan dunia lain secara instant dan dengan menggunakan smartphone yang selalu dibawa setiap orang, adalah sangat powerful.
Satu-satunya aplikasi instant messaging gratis pada saat itu adalah BlackBerry Messenger (BBM), tetapi itu hanya bisa digunakan oleh pengguna BlackBerry saja. Ada juga G-Talk dan Skype, namun yang membuat WhatsApp unik adalah sistem loginnya yang menggunakan nomor ponsel. Jan kemudian merilis WhatsApp 2.0 dengan fitur messaging dan secara mendadak jumlah pemakai WhatsApp menjadi 250.000 orang. Setelah itu Jan menemui Brian yang masih menganggur dan mendiskusikan ide-ide barunya, termasuk ide untuk mengirim gambar.
Mereka berdua menghabiskan waktu bekerja meyempurnakan WhatsApp di kafe Red Rock lantai 2 di California. Brian sibuk menulis banyak catatan sementara Jan menulis kode-kode program di laptopnya. Pada bulan Oktober tahun itu, Brian mengajak 5 temannya yang merupakan ex pegawai Yahoo! untuk bergabung dengan masing-masing menanam saham sebesar $250.000, dan akhirnya Brian menjadi co-founder WhatsApp pada tanggal 1 November.
Duet Jan dan Brian mendapat banyak email dari para pengguna iPhone mengenai prospek WhatsApp, mereka ingin bisa menggunakan WhatsApp dengan orang lain yang menggunakan smartphone non Apple. Akhirnya Jan mengajak temannya Chris Peiffer untuk membuat WhatsApp untuk versi BlackBerry. Pada awalnya kantor WhatsApp berada di sebuah bangunan seperti gudang yang digunakan oleh Evernote, tanpa adanya tanda atau label WhatsApp.
Pada awal pembuatannya, Jan dan Brian belum mendapatkan untung, dan pengeluaran terbesar mereka adalah ketika harus mengirimkan SMS verifikasi ke setiap pemakai WhatsApp. Saat ini pengeluaran WhatsApp untuk SMS verifikasi adalah sebesar $500.000 per bulan. Walaupun saat awal pembuatan biayanya tidak sebesar sekarang, namun nominalnya cukup besar untuk Jan kala itu. Akhirnya pada tahun 2010 WhatsApp sudah bisa meraih untung sebesar $5000 per bulannya, dan ketika dirilis update untuk bisa mengirimkan foto, pemakai WhatsApp tetap bertambah banyak walaupun dikenakan biaya $1.
Pada tahun 2011 WhatsApp masuk ke dalam 20 aplikasi paling populer di US App Store. Dan pada tahun 2014, Brian membeli gedung baru yang dijadikan kantor baru WhatsApp dengan karyawan sebanyak 100 orang. Tidak lama setelah itu, Facebook membeli WhatsApp dengan harga 22 milyar US Dollar. Jan mengantongi 6.8 milyar US Dollar, sedangkan Brian mendapat 3.5 milyar US dollar. Jan juga mendapat kursi di jajaran direksi Facebook bersama dengan CEO Facebook : Mark Zuckerberg. Mark mengatakan bahwa dirinya sudah mengenal Jan cukup lama, dan mereka berdua mempunyai visi yang sama untuk menyempurnakan masa depan Facebook dan WhatsApp.
Pada November 2014, Jan menyumbangkan 1 juta US dollar untuk FreeBSD Foundation, dan 556 juta US dollar untuk Silicon Valley Community Foundation. Pada wawancara Jan yang dilakukan oleh website Forbes, beliau mengatakan satu kalimat yang mewakili semua usaha dan kehidupannya : “I want to do one thing, and do it well.”
Nah kira-kira seperti itulah cerita Jan Koum & Brian Acton beserta perjalanan WhatsApp Inc.. Berawal dari tekad yang kuat, berakhir dengan WhatsApp !
Thx 🙂
Reference : Forbes / Wikipedia / Time
Image : Jan Koum / Jan & Brian / WhatsApp Office